Pertemuan kembali
Waktu aku masih kecil ada anak tetanggaku yang umurnya lebih mudah dariku. Namanya Aldo, aku tidak punya teman selain dia waktu itu. Dia adalah temanku satu-satunya, dia anaknya manis dan pendiam. Tapi empat tahun yang lalu dia pindah rumah. begitu banyak yang sudah kami lalui bersama-sama dan sampai sekarang , semua itu hanya menjadi kenangan indah bagiku.
“shane maafkan aku, semua itu hanya hubungan sesaat saja. Percayalah! aku tak bermaksud untuk menghianatimu.”
“begini ya ini bukan masalah memaafkan atau tidak. Tapi aku sudah tak ingin berhubungan dengan mu lagi, don.”jelasku pada doni dan meninggalkannya
“Jangan marah gitu donk! kamu sendiri wanita penghiburkan!”sindirnya dengan senyumnya yang menjengkelkan. Emang benar apa yang doni bilang, ibuku seorang pemilik tempat karaoke . kadang-kadang aku pergi ke empat itu, tapi aku melakukan itu hanya untuk membantu ibuku.
“aku Cuma membantu pekerjaan ibuku Tahu! Hanya menemani tamu yang datang untuk bernyanyi, bukan seperti yang kamu fikirkan….” Tiba-tiba saja doni menempelkan ku pada tembok sekolah dan berusaha menciumku dengan paksa “ hentikan….hentikan”teriakku sambil berusaha melepaskan tanganku dari cengkramannya “hentikan aku bilang. Kamu mau kalau aku mengaduhkanmu pada wali kelas hah??” tapi doni makin semakin kuat mencengkram kedua tanganku sampai aku tak bisa bergerak. Aku ingin menangis dan berteriak, tapi tangan doni menyumpal mulutku dengan tangannya.
“berhenti!!”tiba-tiba saja ada seseorang yang datang dari belakangku dan mulai menghajar doni dengan beberapa tinjuan dan tendangan yang tepat pada sasaran.
“jangan! jangan berkelahi disini aku mohon” seruku pada dua pria ini, tapi mereka tak menghiraukan apa yang aku perintahkan dan terus saja melanjutkan apa yang mereka anggap sebagai perkelahian antara dua pria sejati. Akhirnya doni kabur karena merasa tidak sanggup untuk melanjutkan perkelahian.
“terima kasih ya do!” kataku sambil memandangi wajah teman lamaku ini. dan aku masih tidak percaya aldo sekarang ada di depanku. Pada hal dia pindah sekolah 4 tahun yang lalu ke inggris. Tapi kata aldo, dia sudah kembali sejak satu bulan yang lalu ke Indonesia bersama orang tuanya. anak kecil yang dulu pendiam dan manis itu sekarang sudah berubah menjadi seorang pria muda dan sombong.
“kamu pacaran dengan cowok yang membosankan ya shane!!”sindirnya dengan wajah yang begitu membanggakan diri.
“Aku sudah putus dengannya kok!”kataku dengan bangga juga
“Oh ya do, perasaan dulu kamu bukan orang yang secerewet ini deh!”sindirku
“apa? menurutmu aku sekarang cerewet”bentaknya dan dan berusaha berdiri dan berjalan menuju gedung sekolah.
“iya. Dulukan kamu begitu manis dan pendiam dan sekarang kamu kok jadi seperti ini.”
“kamu jangan terlalu memuja masa lalu gitu dong.”katanya sambil mengeluarkan kalung yang begitu aneh bentuknya. Tapi kalau dilihat-lihat kalung ini bentukanya seperti lambang winter. Lalu dia memberikan kepada ku sambil tersenyum manis sama waktu senyumnya sebelum pergi ke inggris.
“apa ni do…?”tanyaku kebingungan
“ya kalunglah bodoh masa coklat! ini aku beli waktu aku di inggris, aku melihatnya pas pergi ke toko perhiasan sama mama.terus aku fikir ini cocok sama kamu, jadi langsung aku beli dech.”jelasnya panjang lebar.
Tak di sangka kami sudah sampai di depan kelas ku. “aku masuk kelas dulu yach do. soalnya ada pelajaran matematika hari ini, sudah gitu gurunya galak banget lagi. Makin lengkap sudah penderitaan ku.”keluhku padanya,soalnya aldo juga sudah tahu bahwa matematika ku dari SD sudah memang jelek banget. Aku pun memasuki ruangan kelas ku dengan perasaan tak percaya. Aku mulai menuju kursiku yang dekat dengan jendela menujuh ke hutan lindung. Setiap hari aku bisa melihat berbagai jenis burung di sana. Dan mereka selalu bisa ku dengar saat mereka sudah mulai menyanyikan sebuah lagu yang begitu indah. Tapi saat ku tanyakan pada teman-teman ku mereka tidak perna mendengarkan apa yang ku dengar setiap hari. Aku jadi ingat waktu aku masih kecil aku sering sekali ke taman yang ada banyak burungnya sama aldo. Disana kami selalu bisa mendengarkan burung-burung bernyanyi bersama-sama seperti paduan suara yang di pandu oleh dirigent yang begitu handal. Karena burung-burung itu bisa bernyanyi dengan begitu indah dan terdengar begitu sempurna di telingah.
“selamat pagi anak-anak”sapa bapak rudy dan sapaan itu menyadarkanku dari lamunan panjangku.
“pagi pak!”balas anak satu kelas dengan begitu bersemangat.
“sebelum memulai pelajaran hari ini, bapak akan memperkenalkan anak baru di kelas ini.”
“yeah….!”teriak anak satu kelas
“aldo masuklah dan perkanalkan dirimu pada teman-teman barumu sekarang.”
Dan tiba-tiba saja aldo memasuki ruangan kelas dengan seragam lengkap sekolah dan tas gendong yang berwarna hitam bercorak warna putih biru. Begitu dia masuk begitu banyak cewek-cewek yang berteriak histeris karena melihat ketampanan yang terpancar dari wajah aldo. Yah maklum dari dulu memang aldo banyak pengemar wanitanya. Dan aku akui dia emang ganteng dan pintar.
“perkanalkan nama saya Christian aldo, panggil saja aldo”dia pun mulai memperkenalkan dirinya di depan kelas dengan percaya diri yang tinggi. “saya pindahan dari hight school Liverpool, inggris.”lanjutnya. begitu anak satu kelas mendengar kalimat terakhir itu, anak sekelas begitu histeris dan terutama teriakan para cewek satu kelas. Aldo berusaha melihatku tapi ku palingkan pandanganku darinya dan aku melihat kearah hutan yang begitu hijau.
“ok ada yang mau bertanya sekarang?”sambung pak rony
“ehm.. aldo uda punya pacar belum??” Tanya siska dengan memilintir rambutnya yang agak pirang. Dan semua anak-anak satu kelas tertawa mendengar pertanyaan dari siska itu.
“ehm untuk sekarang saya belum punya pacar,mungkin kamu mau jadi pacarku nantinya?” dan anak-anak tertawa semakin kencang sampai pak rony harus memukul meja untuk menertibkan kembali. Mendengar kata-kata aldo barusan aku merasa dia sekarang sudah berbeda sekali. Selama pelajaran aku memandangi hutan yang ada di sebalah sekolah ini dengan pandangan kosong, dan berusaha mengingat-ingat betapa lucu dan manisnya aldo dulu. Dan membandingan dirinya yang sekarang yang sudah menjadi seorang pria sombong dan arogan.
“shan…shan…”panggil ratu dari seberang meja ku
“shan apa sih yang sedang kamu fikirkan?”dia menjulurkan secarik kertas pada ku. Dan aku Cuma menggelang kepalaku secara beraturan kekanan dan kekiri. Bel sekolah pun sudah berbunyi bertanda pelajaran matematika sudah berakhir.
“kamu tadi mikirin apa sih shan?”tanyanya dengan penuh harapan bahwa aku akan cerita kepadanya. Tapi aku tidak mau kalau dia tahu aldolah teman kecil yang dulu sering ku ceritakan padanya.
“aku nggak mikirin apa-apa kok.”elakku darinya, tapi sepertinya dia tidak percaya dengan pernyataanku itu.
“masa sih? aku nggak percaya! soalnya aku tadi sudah memanggil kamu sampai empat kali tapi kamu tetap tidak mendengar ku!”desaknya.
“serius aku nggak mikirin apa-apa kok. oh ya aku mau kasih tau kamu sesuatu.”aku berusaha mengalihkan topik pembicaran.
“kamu berusaha menghindari pertanyaanku yah?.”
“kamu mau dengar tidak beritanya apa?”paksa ku
“apa…?” katanya dengan muka tak puas.
“aku sudah putus sama doni”
“apa?” tanyanya dengan muka kaget.
“iya.”
“kapan? Kok bisa?”
“tadi pagi, habis selama ini ternyata dia pacaran lagi sama si monic anak kelas 3c itu.”
“masa sih sama monic yang sok kecantikan itu?”
“iya. Ya sudah aku putusin sekalian saja, lagian siapa yang mau pacaran sama dia lagi setelah aku tahu kalau dia bermain hati di belakang ku.”
Bel sekolah pun sudah berbunyi lagi yang menandakan pelajaran hari ini selesai. Aku cepat-cepat memasukan buku dan pulpenku kedalam tas. Dan secepat kilat aku langsung menuju pintu gerbang. Karena tidak mau ketemu doni lagi, setelah akku berada di halaman sekolah doni ternyata sudah menungguku di depan pintu gerbang. Aku berjalan dan tetap fokus pada pandanganku dan berusaha tidak melirik dia saat aku melewatinya.
“shane…shane….”panggilnya sambill berlari menghampiriku
“apa lagi sih yang kamu mau dari aku don?” tanyaku dan tetap melanjutkan irama kakiku
“aku Cuma mau kita balikan kaya dulu.”
“itu mustahil!”jawabku tak acuh padanya.
“memang kenapa…?”
“memang kenapa kamu bilang?”jawabku dengan sedikit emosi
“iya kenapa mustahil?”
“karena aku…..”jawabku ragu. Tiba-tiba aldo lewat dan aku punya satu ide untuk lepas dari anjing yang satu ini.
“karena apa..?” tanyanya penasaran
“karena aku sudah punya pacar baru.”aku langsung berlari mendekati aldo dan langsung saja mengandeng tangannya. Dengan melihat ekspresi doni saat aku merangkul tangan aldo, aku merasa puas dan aku tertawa dalam hati, akupun jadi senyum-senyum sendiri.
“apa yang kau lakukan shan?”Tanya aldo dengan berusaha melepaskan tanganku dari tangannya.
“aku Cuma berusaha melepaskan diri dari kajaran anjing gila saja kok.”jelasku dengan mengingat betapa marahnya muka doni tadi saat aku mengandeng tangan aldo. Aku senang sekali hari ini, karena aldo sudah pulang dan terutama aku sudah putus dengan doni yang sok kecakepan itu.
Sejak hari itu aldo dan aku pura-pura pacaran saat di sekolah. Semua anak melihat kearah kami kalau aldo dan aku berjalan bersama saat disekolah. Yah dia juga masih bisa tersenyum pada gadis lain yang masih mengincarnya tiap hari. Setiap hari munkin ada tiga cewek yang selalu memberinya surat cinta dan bikisan kecil. Mereka sama sekali tidak menganggapku sebagai ceweknya aldo, walaupun aku bukan ceweknya aldo yang sesungguhnya. Saat sudah pulang sekolah kita melakukan aktivitas masing-masing. Tak ada yang mencampuri urusan satu dan yang lainnya. Kadang-kadang kita pergi jalan-jalan ke tempat yang dulu sering kita kunjungi. Kami berdua berusaha mengingat kelucuan-lucuan waktu kami masih kecil. Aku masih ingat dengan jelas waktu aku perna diganggu anak berandalan di taman ini. Aku sampai menangis waktu aku di ganggu sama empat berandalan itu dan aku berteriak tapi tak ada yang mendegarkan ku. Lalu tiba-tiba saja aldo datang dan langsung menghajar mereka semua. Kalau nggak salah waktu itu aku berumur sebelas tahun dan aku tidak bisa memberikan perlawanan sama sekali sama mereka. Makanya aku sering sekali di marahi sama aldo karena aku cuma bisa menangis saat di ganggu orang.
“eh..shan kamu masih ingat nggak? waktu itu kamu menangis saat diganggu empat orang?”
“aku nggak ingat apa-apa kok!”elakku karena aku merasa malu saat mengingat hal itu karena waktu aku pulang kerumah, aku digendong sama aldo. Padahal kan dia itu lebih muda dari aku harusnya dia jadi adik ku, tapi malah aku yang sering di tolongnya.
“kamu tuch pura-pura nggak ingat, padahalkan kamu masih ingat dengan jelas kejadian itu. Waktu itukan kamu aku gendong sampai pulang loh.”dia berusaha mengingatkan ku kembali
“sudah ingat belum?” Tanyanya kembali.
“sudah ku bilang aku nggak ingat apa-apa.”bentakku
“ya sudah kalau nggak ingat bagaimana kalau aku mengulanginya lagi”sambil berusaha mau mengendongku. Aku lari karena tidak mau dia menggendongku dan aldo berusaha mengejarku sampai di tepi hutan, aku terus berlari dan berlari sampai aku tidak tahu bahwa aku sekarang sudah berada di tengah-tengah hutan. Aku menoleh kekanan dan kekiri tapi aku tak melihat aldo mengejarku lagi, aku beristirahat di bawah pohon yang begitu rindang. Dan mengatur kembali nafasku yang tak beraturan.
Setelah aku merasa cukup tenaga untuk melanjutkan perjalan pulang. Aku pun mulai berdiri dan berjalan menelusuri jalan yang tadi aku lalui. Tapi aku tak menemukan ujung hutan ini, aku pun jadi panik karena mataharipun sudah berganti warna menjadi warna jingga. Aku pun jadi dihantui rasa takut dan rasa lelah, dengan sisa tenaga yang aku punyai sekarang, aku berusaha melanjutkan perjalan ku. Di tengah perjalan aku menumukan dua anak jalan yang membuatku bingung. “jalan mana nich yang harus aku pilih?”kataku pada diri sendiri dengan nafas yang tak beraturan lagi. “mampus deh aku! hari sudah mulai gelap lagi. Aldo kok nggak mencari aku ya? kemana sih dia?”aku semakin panik dengan semua yang aku alami. Aku berada di depan dua jalan yang sama sekali belum aku kenal “aku pilih ke arah utara atau timur ya?”aku mulai mergumul sendiri, biasanya saat aku tersesat aku selalu di tolong aldo, tapi sekarang dia kenama sih kok sampai sekarang dia belum menemukanku!
Tiba-tiba saja ada angin yang berhembus ke arahku, aku bisa merasakan betapa sejuk dan dinginnya angin sore ini. Sementara aku menarik nafas dalam-dalam, otakku pun bekerja sendiri tanpa abah-abah. Dan otakku pun memerintahkan kakiku untuk melangkah ke arah timur. Dan aku pun mengingat kata-kata aldo waktu kami sedang tersesat di hutan. Waktu itu ada kemping dari sekolah untuk semua kelas satu, dan kamipun kehilangan jejek teman-teman dan kakak-kakak Pembina kami. Kami pun jadi panik karena waktu itu sudah malam, lalu aldo berdiri dengan tenang dan mulai menarik nafas aldo berusaha mendengarkan suara angin dan aldo pun mulai berjalan sambil memegang pergelangan tanganku, kami berjalan pelan-pelan sampai akhirnya kami pun sampai di tempak kemah dengan selamat. Dan setelah itu dia memberitahuku rahasianya, bagaimana dia bisa menemukan jalan keluar dari hutan itu. “kamu kalau tersesat dimana pun, kamu berdiri dengan tenang dan tunggulah angin bertiup kearahmu. Dan angin itu akan membisikkan jalan mana yang harus kau lalui! Apa kamu sudah mengerti?” Katanya dengan senyumannya yang begitu khas dengan aldo. “jadi suatu saat kalau sudah tidak ada aku, kamu bisa memilih jalanmu sendiri tanpa aku!”sambungnya.
Dari kejauhan aku melihat aldo dengan begitu cemas dan keringatnya yang sudah membasahi seluruh badannya. Dia meneriakkan nama ku berkali-kali, aku semakin bersemangat saat aku melihatnya. Dengan dipenuhi semangat dan sisa-sisa tenaga yang aku punya, aku berlari sekecang yang aku bisa dan memeluknya dari belakang. “do aku takut banget.”bisikku dengan suara yang hampir tak terdengar. Dia mulai membalik badan dan berusaha untuk melihat wajah ku yang yang sudah pucat pasi karena rasa takut dan rasa leleh. Dia pun mulai memelukku kembali “kamu nggak usah takut, karena aku akan selalu bisa menemukanmu!”
“aku takut banget tadi di sana, saat aku melihat kebelang kamu sudah tidak ada!”
“tadi aku tersandung batang pohon, dan kakiku sedikit terluka dan saat aku kembali mengejarmu, kamu sudah terlalu jauh. Sehingga aku tidak bisa menemukanmu!” dengan menunjukkan luka di kakinya. Aku dapat melihat ada garis lurus di atas dengkulnya yang sudah berlumur darah.
“ kakinya masih sakit nggak?”tanyaku dengan nada cemas.
“sudah nggak sakit kok!”jawabnya
“harusnya kamu mencariku terus sampai ketemu! Bagaimana kalau aku ketemu binatang buas di sana?”
“tenang saja tidak ada yang akan mau memakan dagingmu!”ledeknya. “dadingmu kan alot dan pahit, jadi mana ada binatang yang suka makan daging pahitmu itu.” Lanjutnya. Aku belum bisa melepaskan pelukkanku, karena aku merasa nyaman sekali di pelukan aldo! Dia berusaha melepaskan tanganku tapi aku tidak mau melepaskannya dengan tenang dia mau berdiri sambil memelukku ditengah-tengan taman yang dulu sering kami kunjungi.
Pengakuan
Sampai pagi aku masih terjaga. Sedikitpun aku tidak bisa tidur, entah otakku memikirkan apa. Aku sendiri juga tidak terlalu mengerti dengan fikiran ku sendiri. Dengan hujan rintik-rintik aku berjalan di trotoar sambil melompati genangan air. “pagi shan!” sapa ratu dari belakang dengan menepuk bahuku sampai menyadarkan ku dari lamunanku. “apa lagi sih yang kamu fikirkan? akhir-akhir ini kamu sering bangat melamun.” Tanya ratu dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
“nggak ada kok!”elakku
“serius, nggak mau kasih tahu aku nih?” desaknya
“aku tuch cuma kecapean aja kok. Kamukan tahu aku harus bantu ibuku kerja di Karaoke!”bohongku. padahal aku sudah jarang membantu ibu bekerja sejak doni bilang padaku kalau aku ini adalah wanita penghibur.
“terus kemarin sore kamu kemana? Aku datang kerumah kamu terus kata ibu kamu lagi keluar.”
“aku keluar beli makanan aja kok!”
“sebenarnya apa sih yang kamu sembunyikan dari aku?”katanya dengan berusaha menghentikan langkahku. Tapi aku tetap saja tidak menghiraukan pertanyaan itu. akhirnya dia emosi karena aku tidak kunjung memberitahunya, dia pun secara tiba-tiaba berdiri di hadapanku dengan muka yang sangat marah sekali.
“sebenarnya aku ini sahabatmu bukan sih?” katanya dengan suara menggelegar sampai-sampai seluruh orang yang berjalan di sekitar trotoar pun kaget mendegar ratu berteriak.
“yah ialah! Kamu masih sahabatku. Tapi kamu nggak usah bicara kecang-kecang gitu dong.”mintaku “kamu nggak melihat semua orang menatap kearah kita apa?” lanjutku dengan melanjutkan langkah kakiku.
“aku nggak peduli! Sampai kamu mau cerita kenapa kamu akhir-akhir ini berubah seperti ini. Kamu nggak sakit parahkan?”tanyanya dengan muka penasaran
“yah nggaklah tu! Kamu menggadah-ngadah saja deh.” Kataku dengan muka setengah tertawa dengan melihat wajah sahabatku yang sudah setengah gila ini, karena aku tak perna cerita bahwa aldo adalah temanku yang dulu.
“terus kamu kenapa sih shan?” tanyanya dengan putus asa.“aku nggak bisa mengerti shane yang ini deh.”katanya dengan menghela nafas panjang. Mukanya hampir putus asa karena aku tidak mau cerita yang sesungguhnya padanya.
“baiklah aku akan ceritakan sesunggunya padamu. Tapi jangan sekarang ya!”mintaku
“memang kanapa shan?” aku menunjuk kearah gedung yang berwarna kecoklatan yang dipadukan dengan warna putih susu. aku berusaha berlari karena pintu gerbang akan segera di tutup oleh penjaga sekolah. Secara spontan ratupun mengikutiku dari belakang. Hari ini aldo tidak masuk sekolah lagi, entah apa yang dia lakukan sekarang. Kalau aku tidak ketemu sama aldo, rasanya aku tak mampu melewati hari-hari berikutnya. Aku merasa bahwa aldo menyembunyikan sesuatu dari ku, tapi aku tak bisa menerkah apa yang sedang aldo tutupi dariku. Sejak aldo masuk sekolah ini, aldo sudah ijin sepuluh kali dan alasanya sekalu saja sama.
Siang harinya pun aku bercerita pada ratu sesuai dengan janjiku tapi pagi. Kami pun pergi kebelakang gedung sekolah dan duduk di kursi yang sudah mulai rapuh karena mungkin kursi itu sudah berumur sepuluh tahun lebih. Ratu tak sabar untuk mendengarkan ceritaku. Aku mulai menceritakan masalah aldo yang merupakan teman kecilku yang selalu aku ceritakan dari dulu. ratu pun sangat terkejut mendengar ceritaku, “oh aldo itu teman kecil kamu yang dulu.”katanya sambil menahan tawa.
“tu kamu kenapa tertawa sih, emang lucu yach?”
“ngga juga sih!”
“terus apa yang lucu?”
“yang lucu tuh kamu kali shan!”
“hah! Aku lucu? Apanya?”tanyaku dengan muka sedikit penasaran dan mulai mengelitik pinggangnya. Ratu tertawa semakin kecang sampai terpingkal-pingkal! Aku pun semakin bersemangat memukuli ratu dengan pukulan kecil.
“tapi….!”sambungku
“tapi apa?”
“ehm…..sebenarnya aku dan aldo nggak pacaran sungguhan!”
“apa?” tanyanya dengan muka kaget sampai matanya setengah melotot.
“hem iya!”kataku dengan setengah malu pada sahabatku ini “kami tuch Cuma pacaran bohongan. Itu aku lakukan karena aku nggak mau diganggu terus sama doni lagi. Aku bosan kalau dia datang terus ke tempat ibuku kerja dan berusaha ketemu aku di sana. Makanya sekarang aku malas banget kalau ibuku mengajak aku datang ke tempat karaoke.”jelasku dengan muka memerah. Mukanya masih menunjukan kekagetan yang begitu dalam. Tapi aku cuma bisa melihatnya menertawakan ku, mungkin aku memang konyol dan bodoh.
“ya ampun..!kok kamu bisa sampai melakukan hal bodoh seperti itu sih shan?”
“ya gitu deh, namanya juga lagi terdesak.”
“kamu tuh ngadah-ngadah saja lagian! Aku nggak mengerti dengan fikiranmu itu deh shan.”
“aku juga nggak mengerti dengan fikiranku sendiri. Apa lagi kamu!” jawabku dengan muka malu.
Setelah pelajaran hari ini selesai aku pulang sendiri tanpa ratu soalnya dia ada kegiatan ekstrakulikuler. Yah dia itu orangnya sangat aktif dalam organisasi sekolah. Sedangkan aku selalu sibuk untuk membantu ibu di tempat karaoke, jadi aku tidak sempat mengurusi hal-hal seperrti itu. Aku dan aldo sejak itu jarang keluar lagi, entah kenapa aku jadi malu sendiri kalau mengingat hal itu. Sedangkan dia sepertinya juga jadi agak menjauhi ku, nggak tahu kenapa. Yang pasti sejak kejadian itu kami tidak perna berbincang-bincang lagi di sekolah mau pun di rumah. Di dalam keramaian kota aku berjalan seperti orang yang tidak tahu arah tujuan, aku berjalan sambil memikirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Aku memikirkan aldo akan menjadi pacar sesungguhnya untukku. Tapi untuk sekarang sepertinya mustahil, karena dia sekarang sudah mulai menghidari aku. Untuk melihat kearahku pun dia sudah tidak mau. Mukanya pun selalu pucat hari-hari ini, “apa dia sakit yah?”tanyaku dalam hati. tapi selama ini dia tidak pernah sakit. Kata dokter, aldo anak yang memiliki daya tahan tubuh yang tinggi terhadap virus dan bakteri! aku jadi bicara sendiri seperti orang gila di jalan. Mungkin orang-orang yang lewat menyangka aku sudah gila.
Kenangan
Bunyi bel rumah membangunkan ku dari tidurku yang begitu nyenyak. Aku langsung lari menuju pintu depan karena ibu bilang tadi malam ibu akan pergi belanja pagi-pagi sekali untuk keperluan dapur. Dengan tangan kiri aku mengucak mataku dan tangan kanan membuka pintu rumah. Dan aku melihat sebuah sosok pria berdiri di depanku, spontan aku langsung menutup kembali pintu dan berlari kearah kamarku. Aku cepat-cepat mengganti baju tidurku dengan shirt berwarna biru muda dan celana pendek warna hitam. Setelah aku merasa siap untuk menemui tamuku yang masih berada di depan pintu. Aku pun cepat berlari menuju pintu dan membukakan pintu untuknya.
“aldo ngapain kamu pagi-pagi kesini?” kataku setengah malu karena dia melihatku dengan mengenakan baju tidurku.
“nggak apa-apa! cuma ingin ke rumah kamu saja. Ngomong-ngomong di pipi kamu ada bekas pulau tuh!” dengan segera aku langsung menghadap cermin yang ada di belakangku dan aku melihat ada bekas air liur di pipiku. Dengan malunya aku berlari ke kamar mandi dan cepat mencuci muka.
“kamu baru bangun ya tuan putri”sindirnya. Sambil melihat-lihat foto yang ada di dalam lemari hias dekat sofa. disana ada foto aku dan aldo waktu masih umur lima tahun. Di foto itu aldo masih terlihat lucu dengan pipinya yang berwarna kemerahan seperti tomat. Aku menyiapkan minuman untuknya sambil menggerutu dalam hati.
“silakan diminum tuan muda.”aku meletakkan cankir berwarna biru tua dengan teh hangat di dalamnya.
“makasih yah!”
“kamu sudah makan belum do?”tanyaku sambil menghampirinya yang sedang sibuk memeperhatikan foto-foto yang aku pajang di sana.
“belum.”jawabnya mantap “memang kamu mau masak buat aku?”
“yah kalau Cuma goreng telur dan masak mie sih aku bisa. Asal jangan minta yang aneh saja.”jelasku
“ya sudah deh. kalau kamu nggak tega membiarkan aku kelaparan, boleh juga di masakin mie.”
Pandangannya belum lepas dari foto kami waktu itu. Aku pun segara masuk dapur dan mulai memasak mie untuk kami berdua. Dia sekarang sudah duduk di sofa dan mulai membuka-buka album foto yang ada di bawah meja. Sepertinya dia aneh sekali saat melihat foto kami berdua dia terlihat sangat sedih sekali. Aku belum pernah melihat dia seperti itu sebelumnya, sebenarnya ada apa dengan dia? Tanyaku dalam hati. Dalam hitungan menit aku sudah bisa menyajikan mie soto dan telor dadar di meja.
“ do sudah siap nih. Ayo cepat sini.” Dia pun datang ke meja makan dan duduk di depanku.
“ehm bisa juga kamu masak ya tuan putri.” Sindirnya kembali
“baru tahu ya?” kataku dengan sedikit bangga diri.
“kamu hari ini ada kegiatan apa?”tanyanya
“tidak ada. memang kenapa?”
“aku mau mengajak kamu untuk jalan-jalan.”
“kemana?” tanyaku penasaran
“kemana saja yang kamu mau!”
“tapi jangan ke tempat biasa yah!”
“baiklah terserah kamu saja tuan putri. Yang penting hari ini kamu temanin aku jalan-jalan.” Katanya dengan menyuapkan mie kedalam mulutnya.
“do…aku boleh tanya nggak?” sambil meletakkan sendok dan garpu yang ada di tanganku.
“boleh.”jawabnya
“sejak kamu pulang dari inggris kamu berbeda banget! Kenapa sih?” Tanyaku dengan begitu penasaran dan berharap aldo akan jujur padaku.
“aku baik-baik saja kok. Nggak ada yang salah dalam diriku ini.”
“kamu jangan bohong sama aku. Sekarang muka kamu sering banget pucat, Sudah gitu kamu sering bolos sekolah lagi!”
“shane. Aku tidak apa-apa.” Katanya menyakinkan ku
“tapi kok kamu hari-hari ini beda banget!”aku mulai berpindah tempat duduk ke kursi yang ada di sebelahnya “ coba lihat aku.” Kataku sambil memegang kedua pipinya, ku arahkan pandanganku ke pandanganya. “kamu pasti menyembunyikan sesuatu dari aku kan do!”
“aku tidak menyembunyikan apa-apa shane..!” dia melepaskan tanganku dari wajahnya dan kembali memasukkan satu sendok mie kedalam mulutnya.
“aku nggak mengerti sama kamu deh do!” dengan mata yang mulai berkaca-kaca aku cuma bisa menunduk melihat ke tepi meja.
“aku kan sudah bilang shan aku itu tidak apa-apa. Jadi kamu nggak usah cemas seperti itu.” Aldo berusaha menenangkan ku
“gimana aku aku nggak cemas. Kamu hari-hari ini beda banget, aldo yang sekarang aku sudah nggak kenal!” air mataku pun terjatuh ke atas pahaku dan aku bisa merasakan hangatnya air yang terjatuh dari mataku itu. Dan aku masih menyembunyikan wajahku dari pandangannya.
“kamu jangan seperti ini dong shan…!”pintanya. dia mulai meletakkan sendok dan garpunya dan mengangkat wajahku dan melihat mataku yang sudah berlinang air mata. “kamu nggak usah kuatir, aku nggak kenapa-napa. Aldo yang dulu dan aldo yang sekarang akan tetap menjadi aldo yang selalu sayang sama kamu.”jelasnya. aku mulai menghapus air mataku.
“tapi aku nggak mau kehilangan kamu” aku merengek seperti anak kecil yang tidak mau kehilangan mainan kesayanganya.
“ tenang saja aku akan tetap ada untuk kamu selamanya.” Dia pun mulai memelukku dengan erat sampai-sampai aku hampir tak bisa merasakan oksigen di dadaku. Tapi dalam pelukannya aku merasa nyaman dan kembali tenang dalam seketika.
“ya sudah kamu sekarang siap-siap dulu sana!” sambungnya dengan melepaskan pelukanya. Dengan segera mungkin aku menuju kamar dan langsung mandi dan mengenakan baju yang baru aku beli kemarin sore. Setelah aku siap, kami pun berangkat dengan mobil BMW model SUV yang berwarna hitam miliknya.
“kita mau kemana sih do?”tanyaku sambil melihat keluar jendela mobil. Tapi dia tidak menjawabku. Diluar mobil aku melihat banyak sekali orang-orang hilir mudik dari sebuah mall terbesar di kota ini. Karena aku merasa bosan akhirnya aku pun menyalakan radio yang ada dalam mobil. Aku memutar ke kanan dan kiri untuk mencari frekuensi yang bagus. Setelah mendengar lagu dari westlife yang berjudul we were two aku menghentikan pencarianku, dan kembali ke posisiku semula.
Two very difirend pople
Too scared to get along
Till two heart beat together
Underneath are sun
One very special moment
Can turn a destiny
And what some would say
Has changed for you and me
Cos it’s all, it’s all in the way
You look through your eyes
All of the your eyes
Are not hard to overcome
……………
Kami pun sekarang sudah melewati sebuah gereja yang ada di tengah kota, aku melihat seorang pastor sedang berbicara dengan seorang wanita yang sudah lanjut usia. Meraka seperti sudah begitu dekat karena mereka sempat tertawa bersama. Kira-kira kami sudah melewatkan satu jam dalam perjalanan, dan akhirnya mobil ini berhenti juga di depan sebuah gedung tua yang tidak asing dalam memoriku. Setelah persekian detik aku baru menyadari kalau gedung tua ini adalah tempat kami waktu taman kanak-kanak.
“do mau ngapain kita ke sini?”dengan muka penasaran aku memendangi wajahnya.
“hanya ingin mengingat masa dulu. kita dulu TK disinikan?”
“ya ialah do! pertanyaanmu ada-ada saja.”aku menghampiri ayunan besi yang ada di tengah-tengah taman kecil TK ini. “do kesini kita main ayunan.” Aku mulai asyik sendiri memainkan ayunan. Aldo segera menghapiriku dengan muka yang sangat aneh sekali, sambil berjalan kearahku aldo melihat gedung tua ini dengan seksama seolah-olah sedang berusaha mengingat sesuatu. “sedang mikirin apa sih do?”aku mulai melemparkan badanku ke udara, aku main ayunan dengan begitu bersemangat.
“aku nggak mikirin apa-apa!”jawabnya dengan tetap melayangkan pandangan ke sekeliling gedung tua ini.
“do masih ingat nggak? waktu kita tk dulu kamukan sering pipis di celana.” Kataku sambil tertawa gelih mengingat masa itu.
“memang ia?” tanyanya dengan wajah kaget.
“ia kamu tuh sering pipis di celana waktu dulu! Masa nggak inggat sih?
“he..he…aku sudah lupa.” serunya
“ya sudah deh kalau nggak ingat. Terus ngapain kamu ngajak aku kesini?”
“memang kamu nggak kangen tempat ini?”tanyanya padaku
“kengen sih, aku jadi teringat waktu kita TK dulu. Oh ya perasaan dulu tempat ini tidak sekecil ini ya!” kataku sambil memandangi lingkungan sekolah ini
“ ya ialah bodoh…! Dulu kan kita masih kecil jadi rasanya sekolah ini besar. Sedangkan sekarang kita sudah sebesar ini. Jadi sekolah ini kelihatan kecil.” Jelasnya dengan meletakkan badannya di atas ayunan di sebalahku.
Kami sangat menikmati perjalanan kali ini sampai kami tidak menyadari matahari sudah mulai tenggelam. Dengan segara kami pulang kerumah, aldo melaju mobil miliknya dengan kecepatan 80km/jam. Untungnya sore ini bogor tidak terlalu padat jadi kami sampai rumah dengan cepat. Setelah aldo mengantarku pulang dia langsung menuju pulang kerumahnya. Sekarang aku berada dalam kamarku sendiri, rasanya lelah sekali hari ini. Aku mulai merebahkan badanku diatas ranjang yang sangat nyaman hingga mampu menghipnotisku sampai tertidur pulas.
Seperti hari-hari biasa aku bangun jam 06.30 dan segera mandi dan sarapan. “shane kamu kemarin sore kemana?” Tanya ibu dengan menghidangkan sarapan kami pagi ini.
“aku ke TK sama aldo.” Jawabku dengan menyuapkan satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulutku.
“oh ya shan!”
“kenapa bu….?”
“si aldo sakit apa sih?” dengan wajah kaget aku langsung melihat ibu dengan pandangan penuh ke heranan.
“aku nggak tahu aldo sakit apa! Memang kenapa ma?”tanyaku ingin tahu
“kemarin.. hari kamis ibu kan kerumah sakit, terus ibu melihat aldo dan orang tuanya di rumah sakit.” Jelasnya
“tapi aldo nggak pernah kasih tahu aku dia sakit. Memang sih hari kamis kemarin dia nggak masuk sekolah.”
“loh bukannya kalian pacaran. tapi kok kamu nggak tahu kalau aldo sakit!”
“ih ibu apaan sih? Orang kita nggak pacaran kok. Kita tuh Cuma teman biasa saja!” jelasku
“ya sudah. Mendingan kamu tanya dia baik-baik dulu sana!” ajurnya
“aku juga sudah pernah tanya bu. Tapi dia nggak bilang apa-apa.”jawabku jengkel pada diriku sendiri.
“ya sudah nggak usah fikirin masalah ini yang penting sekarang adalah bagaimana caranya kamu bisa masuk universitas. Soalnya bentar lagi kan sudah ujian nasional jadi kamu harus belajar yang rajin.”ibu jadi mengingatkanku soal universitas yang akan aku pilih.
Aku jadi kefikiran dengan yang dikatakan ibu tadi pagi. Aku tidak bisa berhenti memikirkan masalah ini. “Kalau aldo benar sakit, kanapa dia nggak kasih tahu aku?” gerutuku dalam hati. Aku hampir gila memikirkan hal ini, lalu kenapa setiap aku tanya aldo kenapa dia sering bolos! Dia Cuma bilang dia ada acara keluarga. Aku benar-benar gila sekarang ini! Aku menelusuri lorong menuju kelas ku yang berada di ujung jalan panjang ini.
“ratu.”panggilku dengan suara begitu keras sehingga orang yang lewat di sekitar ku menoleh kepadaku. Aku hanya bisa tersenyum kepada yang menoleh kepadaku.
“ratu.” Panggilku kedua kali, karena panggilan yang pertama ternyata tak di dengar olehnya. Aku pun mempercepat jalanku sampai akhirnya aku menemukanya di depan pintu kelas.
“ratu kamu dengar aku nggak sih? Dari tadi aku panggil sampai dua kali tapi kamu nggak menoleh kebelakang.”
“maaf deh shan, aku tuh lagi pusing banget nih.” Ratu menyodorkan brosur yang berwarna hijau dan bertuliskan Universitas Oxport yang ada di tangannya padaku.
“maksudnya apa ni tu?”tanyaku dengan mengambil brosur itu dari tangannya
“maksudnya adalah aku disuruh kuliah di sana.” Jawabnya dengan muka yang sangat sedih sekali.
“wow bagus dong! kalau di suruh kuliah disana aku pasti langsung mau. Lalu kenapa kamu kelihatan sedih banget gitu?”tanyaku dengan muka ingin tahu
“ karena aku nggak mau pisah sama very.”jawabnya dengan muka di tekuk.
Aku meletakkan tasku di atas meja dan mendengarkan keluh kesah sahabatku ini. Emang berat juga sih kalau harus pisah dari orang yang sangat kita cintai. Dulu aku juga pernah di tinggalkan aldo, tapi sekarang untung dia sudah kembali dengan sehat. Aku berusaha untuk menyakinkan ratu, bahwa kalau mereka memang sudah jodoh pasti mereka akan baik-baik saja hubunganya. Tapi dia masih memiliki keraguan atas pilihan orang tuanya itu. Tapi setuju tidak setuju ratu harus melaksanakan pilihan orangtuanya itu. Karena orang tuanya ratu memang sangat tegas dan keras sekali dalam menetapkan sebuah keputusan. Sampai pulang sekolah dia masih gelisah dengan masalah ini. Ratu belum mau memberitahu very kalau dia akan pindah ke inggris. Ratu fikir sekarang bukan waktu yang tepat untuk memberitahu very. Tapi aku yakin mereka pasti bisa melewati masalah ini.
Seminggu kemudian ratu sudah memutuskan tidak akan mematuhi keinginan orangtuanya. Ratu sedih sekali karena orang tuanya marah besar padanya. Dari dulu memang ratu cewek yang pantang menyerah dalam mempertahankan pendiriannya sendiri. Mungkin itu di warisi dari papanya yang keras. Ratu dan very akhirnya memutuskan akan kuliah di universitas negeri Jakarta. Dan aku akan mengikuti tes masuk ke Universitas Oxport hari ini, aku sudah mempersiapkan diri dengan mengikuti beberapa les private di rumah. Karena ibu dan aku sangat berharap kelulusan ku untuk masuk ke universitas itu. Setiap sore guru privateku datang kerumah jam empat sore dan selesai sekitar jam tujuh malam. Aku dengan giat belajar tiap hari demi semua impaianku
My December
Sepulang sekolah aku langsung pulang kerumah dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah yang sudah menumpuk dari kemarin. Aku harus rajin belajar supaya aku bisa memdapatkan beasiswa ke oxport. Dari dulu memang aku sangat menginginkan kuliah di negeri yang di pimpin oleh ratu Elisabeth itu. Hari ini aldo juga tidak masuk sekolah lagi, kata pak guru sih dia ada acara dengan orang tuanya di luar kota. Yah setiap kali dia bolos pasti alasannya sama saja. Setelah aku menyelesaikan pekerjaan rumah dan tugas-tugas pelajaran aku langsung mandi. Di depan cermin aku menyisir rambutku yang sudah mulai panjang. Dan tiba-tiba terlintas di fikiranku kalau aku mau pergi kerumahnya aldo . Aku pun bersiap-siap untuk pergi kerumahnya dengan mengenakan celana pendek diatas lutut sedikit yang berwarna hitan dan atasan yang berwarna putih. Aku segera mengunci rumah dan mengenakan sandal warna hitam.
Untuk menuju kerumah aldo kira-kira butuh waktu lima belas menit jalan kaki dari rumahku. Rumah kami memang beradah dalam satu perumahan tapi beda block. Dengan menikmati udara sejuk aku menghidupkan ipodku dan menyetel lagunya linkin park yang berjudul my December.
This is my December
This my time of the year
This my December
This my all so clear
This is my December
This my snow covered home
This my December
This me alone
And i
Just wist that I din’t feel like there was something missed
And i
Take back all the thing I said to meke you feel like that
And i
Just wist that I din’t feel like there was something missed
And i
Take back all the thing I said to you
And i
Give it all away just to have
Somewhere to go to
Give all away to have
someone to come home to
……….
Dengan mengikuti irama music aku melakukan beberapa gerakan dan menirukan gaya vocalis favorit ku itu. Dengan berakhirnya lagu my December, aku sudah sampai di depan rumah aldo. Aku melangkahkan kaki menuju pintu rumah yang mewah dengan design contemporer yang mampu menghipnotis pandangan mata. Aku membunyikan bel beberapa kali tapi tak ada yang membukakan pintu, setelah bosan membunyikan bel aku berbalik badan dan melangkahkan kaki keluar dari halaman rumah. Tapi tiba-tiba aku mendengar bunyi pintu yang sedang di buka. Tiba-tiba terlihatlah sosok seorang perempuan paroh baya. Dengan segera aku menghampirinya.
“permisih bu tanti Aldonya ada di rumah nggak?” tanyaku
“oh mba shane mau jenguk tuan aldo yah! Tapi tuan muda belum pulang dari rumah sakit.”katanya dengan begitu tenang. Tapi aku seperti tersambar petir yang begitu dasyat. Sampai tak sanggup untuk berkata-kata.
“apa! aldo sakit apa bu?”tanyaku dengan kaget
“tuan muda sudah lama sakitnya. Sejak tuan muda belum ke inggris !”jelasnya.
“tapi kok dia nggak perna cerita sama aku ya bu!”
“kata tuan muda dia nggak mau kalau kamu melihat tuan muda berbaring di rumah sakit.” Dengan hati yang tercabik-cabik aku terjatuh diatas lantai yang sangat dingin seperti dinginnya udara sore hari ini. Bu tanti pun segera menangkap dan memapahku ke dalam rumah. Wanita yang separuh baya itu segera mambawakan ku segelas air putih dan menempelkan gelas itu ke bibirku. Aku menghabiskan air itu seketika, seperti orang yang sudah lama tidak merasakan air. Lalu bu tanti menceritakan semua yang terjadi selama ini. Kenapa aldo sering bolos sekolah, dan kenapa aldo pergi ke inggris.
Setelah mendegar cerita bu tanti aku segera menuju rumah sakit yang telah diberitahu oleh bu tanti . Di dalam taksi aku tidak dapat berfikir apa-apa, yang bisa aku lakukan hanya menangis dan bertanya dalam hati. “Kenapa sih aldo tega membiarkan semua ini terjadi padanya tanpa memberitahuku?” Gerutuku dalam hati. Ternyata aldo sudah sakit sebelum dia pergi ke inggris. Dia dan orang tuanya pergi ke inggris hanya untuk menyembukan penyakit yang ada di dalam kepala aldo. Kata bu tanti aldo terkena penyakit radang otak dan sedikit demi sedikit aldo akan kehilangan ingatannya. Dan setelah itu aldo akan kehilangan nyawanya.
Mengingat semua yang dikatakan oleh bu tanti aku semakin tak kuasa untuk menahan air mataku yang semakin deras mengalir di pipiku. Semua memori tentang aldo berkecambuk dalam kepalaku. Satu persatu kenangan itu muncul dalam kepala ku, mereka seolah berlomba dalam otakku. Aku sudah hampir gila memikirkan semua yang terjadi sekarang ini. Aku tak mampu mengendalikan semua kenangan yang ada dalam memoriku. Meraka memaksaku untuk mengingat semua tentang apa yang tidak aku inginkan. Semakin kuat aku ingin melupakan samua ini, semakin deras juga air mataku mengalir dari kedua kelopak mataku.
Sesampainya di rumah sakit aku berlari menuju meja suster yang berseragam putih bersih dan menanyakan kamar berapa pasien yang bernama Christian aldo dirawat. Setelah suster itu memberitahuku kamarnya aldo, aku semakin mempercepat langkah kakiku menuju kamar 201 sesuai yang dikatakan suster. Di ujung lorong aku melihat orang tua aldo menangis. Dan beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan yang merupakan kamar aldo. Aku semakin mempercepat lariku dan langsung memeluk tante melly. Dia sangat kaget melihat aku berdiri di hadapanya. “sayang apa yang kamu lakukan disini?” tanyanya kaget sambil membelai rambutku dengan dengan kedua tangannya. Aku belum bisa menghentikan air yang mengalir dari kedua mataku. Aku memeluk tante melly dengan isak tangis yang dalam.
“tante…kenapa aldo nggak mau cerita sama aku?”tanyaku dengan berurai air mata
“aldo nggak mau melihat kamu sedih sayang.” Katanya. Tante melly menghapus air mataku dengan kedua tangannya yang begitu lembut. Aku juga bisa merasakan betapa sedihnya tante melly dengan keadaan aldo sekarang. Tapi mereka tidak dapat berbuat banyak dalam hal kesembuhan aldo selain mengajaknya ke inggris untuk berobat. Tapi dokter di inggris pun tidak dapat berbuat banyak dalam menyembuhkan penyakit yang diderita oleh aldo. “kamu nggak usah kuatir! Karena dokter bilang aldo baik-baik saja. Dia hanya kecapean kemarin.”sambungnya. Aku dan tante melly masuk ke kamar rawat aldo dan om john pergi menuju ruangan sang dokter. Di sana aku melihat aldo berbaring di atas ranjang yang bersprei warna biru langit serta terpasang infuse di tangan kirinya.
Hari demi hari telah berlalu, tapi aldo tak kunjung bangun dari tidur panjangnya. Entah apa yang mampu menahanya di dunia sana. Setiap hari setalah pulang sekolah aku selalu menyempatkan diri untuk menemui aldo yang berbaring di tempat tidur rumah sakit ini. Sekedar untuk mengucapkan selamat siang atau untuk mengganti bunga yang ada dalam vas di atas meja kecil di samping ranjangnya aldo. Teman-taman sekalas juga sudah tahu bahwa aldo sedang dirawat di rumah sakit, sesekali mereka datang bergantian menjenguk aldo. Kadang-kadang aku membawakan video waktu kita pergi jalan-jalan beberapa waktu lalu. Di video itu aldo masih terlihat sehat dan tidak terlihat sakit sedikit pun. Aku tak mampu menahan air mataku yang bergulir keluar dari kelopak matakku, saat melihat video kami yang begitu bahagia. Tapi aku selalu bilang pada diriku sendiri bahwa aku harus kuat untuk menghadapi semua ini. Dalam isak tangis aku mengenggam kalung yang di berikan aldo saat dia baru datang ke kesekolahku. Aku tak sanggup melihat aldo berbaring setiap hari di sana, aku tak bisa berbuat apa-apa untuknya. Aku hanya selalu bisa menangis seperti apa yang dibilang aldo padaku. Aku bukan cewek yang kuat dalam segala hal. Aku membenci diriku yang lemah ini, aku tak mau lagi selalu di bantu oleh aldo. Saat dia bangun aku akan berubah menjadi cewek yang lebih kuat dari sekarang.janjiku dalam hai
Waktu ujian nasional sudah dimulai, aku selalu bisa menyelesaikan ujian dengan sempurna. Kata kepala sekolah aldo bisa melaksanakan ujian kalau dia sudah sembuh nanti. Sejak ujian dimulai aku sudah jarang ke rumah sakit karena aku harus belajar setiap hari untuk mendapatkan nilai semaksimal mungkin. Aku tak boleh gagal untuk beasiswa tahun ini, aku ingin membuat bangga ibuku dan aldo tentunya. Ujian nasional sudah selesai aku senang sekali karena aku bisa sering kerumah sakit mulai sekarang. Sepulangnya dari sekolah aku langsung pulang ke rumah untuk ganti baju. Di depan rumah aku melihat ada sebuah mobil sedan di diparkir, dengan warna mobil hitam mengkilat dan aku bisa melihat ada symbol bintang dalam lingkaran yang menempel di depan mobil tersebut. Dalam beberapa menit aku sudah bisa tahu mobil itu milik siapa, mobil itu adalah milik mamanya aldo. Dalam hati aku bertanya dalam hati “mau apa mamanya aldo datang kerumahku?” aku langsung cepat-cepat membuka pintu dan di sofa depan aku melihat mamanya aldo terseyum lebar padaku “siang shan. Baru pulang sekolah yah?” sapanya dengan ramah.
“siang juga tente”balasku “kalau boleh tahu, tante ada perlu apa datang kerumah?”lanjutku sambil meletakkan tasku di atas sofa dan berusaha duduk di samping tasku.
“tante mau kasih tahu sesuatu sama shane,”
“apa tante”tanyaku penasaran.
“ tadi pagi aldo sudah sadar dan dia mencarimu sejak aldo bangun.” Mendengar kalimat tante melly aku sangat kaget dan bahagia.
“benarkah tante???” tanyaku tak percaya
“iya aldo sudah sadar, makanya tante datang kesini untuk menjeput kamu.”
“ya sudah kita berangkat sekarang saja tante”desakku.
“shane kamu ganti baju dulu donk sayang.”ibu tiba-tiba keluar dari dapur.
“nggak usah deh bu! Kan nggak apa-apa pakai seragam ke rumah sakit. Iyakan tante melly.”
“benar kata ibu shane. Kamu ganti baju dulu sana!” mendengar kata-kata tante melly aku langsung ke kamar dan ganti baju secepat kilat.
“aku sudah siap untuk berangakat.”aku keluar dari kamar.
“ya gitukan lebih cantik”kata ibu. Dengan tetap melanjutkan bersih-bersih meja makan
“jeng. Saya pinjam shane sebentar ya!”ucap tente melly pada ibu. Aku pun cepat-cepat membuka pintu mobil dan mobilpun segera melaju dengan kecepatan 60km/jam. Hatiku sangat kacau sekarang, aku bahagia campur deg-degkan. Jantungku berdebar kencang sekali, aku takut melihat sosok aldo sekarang, entah apa yang akan ku katakan padanya. Selama mobil melaju aku dan tante melly tak berbincang-bincang sedikit pun. Kami asyik dengan fikiran kami masing-masing, tante melly juga terlihat bahagia untuk hari ini. Itu terlihat dari raut wajahnya yang sudah bersinar kembali. Sejak aldo masuk rumah sakit tante melly hampir tiap hari di rumah sakit untuk menemani aldo. Dia terlihat capek sekali dan badanya sudah tak sanggup untuk bertahan lagi, tapi hari ini wajahnya sudah kembali seperti dulu. Segala kelelahan dan kegelisahan sudah sirna dari wajahnya.
Apa yang harus kukatakan pada aldo? Aku tak sanggup mengatakan bahwa aku menyukainya. Aku tak mau aldo membenciku karena aku jatuh cinta pada sahabat ku sendiri. Oh Tuhan apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tak kuasa menahan rasa sayangku pada aldo. Tuhan bantulah hambaMu ini untuk bisa menguasai segala rasa ku padanya. Aku tak mau dia tahu tentang perasaanku padanya. Selama di mobil aku berdoa supaya Tuhan sudi membantukan dalam menyelesaikan masalah ini. Aku tak dapat mengatasi semua yang terjadi dalam hati ku ini, semuanya ku serahkan pada yang kuasa! Mobil pun berhenti didepan rumah sakit, aku dan tante melly keluar dari dalam mobil secara teratur. Aku berjalan di samping tante melly dalam otakku masih ada begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa aku jawab. Aku semakin bimbang untuk melangkah maju. Kaki ku seolah tak dikendalikan lagi oleh otakku, kakiku berjalan sendiri dan otakku memikirkan yang lain-lain. Aku tak dapat menghentikan langkah kakiku. Dalam lorong rumah sakit aku tak bisa memikirkan hal-hal lain selain aldo, otakku seolah tak mampu lagi untuk berfikir jernih. Akhinya aku dan tante melly sampai di depan pintu kamarnya aldo, dari kaca pintu aku melihatnya sudah bisa duduk diatas ranjangnya. Dengan tangan gemetar aku membuka pintu berlahan-lahan dan aldo pun memandang kearahku. Dengan persekian detik aku langsung menghantamkan badanku ke pelukannya, aku menangis karena bahagia bisa melihatnya kembali berdiri di hadapanku. Ternyata aku tak bisa mengusai diriku sendiri, dalam mobil aku berfikir kalau aku tidak akan melakukan hal yang seperti ini, tapi tangan dan kakiku berkata lain. Aldo mengusap-usap rambutku dengan tangan yang masih di infuse. Tante melly segera meninggalkan kami berdua dalam kamar aldo tanpa mengatakan satu katapun. Aku segera melepaskan pelukanku dari badan aldo yang sudah mulai kurus.
“aldo kenapa kamu tak memberitahuku masalah penyakitmu itu padaku?” bentakku padanya dengan menghapus airmataku yang ada di pipiku sendiri.
“bagaimana mungkin aku bisa memberitahumu soal masalah ini! Nanti kamu bisa gila mikirin aku.”sindirnya dengan senyum miris.
“aku lebih gila karena kamu tiba-tiba sakit.”
“ya sudah kamu sekarang nggak usah kuatir lagi, akukan sudah sembuh.”katanya sambil menarikku kembali dalam pelukanya. Jantungku semakin berdebar kecang tak beraturan. Entah aldo mendengar bunyi jantungku yang semakin berdetak kencang. Entah kenapa begitu banyak memori yang bermunculan dalam otakku, aku sampai tak bisa mengatur urutan memori-memori itu dalam kepalaku. Begitu banyak kenangan tentang aldo dalam hidupku. Jantungku semakin berdetak kencang dan nafasku tak beraturan seolah-olah aku baru menyelesaikan lomba lari. “shane kamu kenapa kok kelihatanya tidak senang kalau aku sembuh?”tanyanya dengan menarik badanku dari pelukannya dan memandangi wajahku. Aku semakin salah tingkah dengan tatapan matanya yang begitu indah dan tajam. Aku melirik kekanan dan kekiri karena tak mau bertatapan langsung denganya. “ kamu nggak senang dengan kesembuhanku ini?” tanyanya kembali.
“aku senang kok. Cuma….”
“ Cuma apa shan?”
“em…bukan apa-apa kok.” Elakku
“kalau kamu tak mau kasih tahu aku! aku pinsan lagi nih.”katanya sambil membaringkan badanya di ranjang.
“bukan apa-apa kok! Serius.”kataku
“kalau begitu aku mau tanya sama Tuhan saja.”katanya dengan memejamkan kedua matanya. Karena saking takutnya aku langsung memeluk tubuh aldo yang berbaring di ranjang.
“jangan! Jangan pergi.”kataku dengan berurai air mata. “please jangan tinggalin aku!”bisikku dalam tangis “aku nggak mau kehilangan kamu lagi. Aku ingin kamu selalu disisiku sampai aku tua nanti.”lanjutku.
“kenapa kamu menginginkan aku?” tanyanya
“karena aku….”
“karena apa shan..?”
“maaf….”kataku dengan meneteskan air mata di badannya.
“untuk apa?”
“untuk semuanya…” lanjutku
“kamu tidak perlu minta maaf seperti itu”
“kamu nggak mengerti apa-apa do?” kataku kencang dan mengangkat badanku dari badanya.
“apa yang tidak ku mengerti?”tanyanya dengan mengangkat badannya dari ranjang.
“aku juga nggak mengerti dengan perasaankku sendiri” kataku padanyanya. Aldo menatapkku dengan pandangan yang tak biasanya. Aku semakin takut untuk mengatakan semuanya padanya.
“shane kamu mau bilang apa?” katanya dengan memegang kedua lengankku
“aku….”aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku ini
“kamu kenapa…?”tanyanya semakin penasaran
“aku…aku…”lagi-lagi bibirku tak sanggup mengucapkan kelanjutannya
“kamu nggak lulus?”tanyanya kaget
“bukan do, memang aku sebodoh itu?”seruku dengan wajah di tekuk.
“lalu kamu kenapa?”
“aku..aku.. suka sama kamu”akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutku. Aldo hampir ketawa mendegarkan pernyataanku barusan. Aldo menjatuhkan badanya di kursi yang kosong sambil menertawakanku. Aku menahan malu di depannya, aku tak sanggup untuk melihatnya tertawa. Dengan hati yang hancur dan menahan malu aku berusaha keluar dari kamar aldo. Tapi tiba-tiba tanganku ditarik dan aldo langsung memelukku
“ aku juga cinta sama kamu shen.”bisiknya di telingaku. Aku hampir tak bisa mempercayai kata-kata aldo barusan.
“kenapa kamu baru suka sama aku sekarang?”lanjutnya.
“sebenarnya aku dari kamu pulang aku sudah mulai suka, tapi aku tak yakin dengan perasaanku saat itu.”jelasku padanya.
“lalu kamu sekarang sudah yakin pada perasaanmu sendiri?” aku menganggukkan kepalaku beberapa kali.
“kamu mau tahu aku sejak kapan aku cinta sama kamu?”
“sejak kapan?”
“sejak kita pertama kali bertemu, masih ingat nggak bulan berapa kita ketemu?”
“sudah lupa.”kataku sambil mengingat-ingat. “ memang bulan berapa?”lanjutku
“bulan desember, waktu itu aku adalah anak baru di kelasmu. Sejak aku melihat kamu waktu itu, aku percaya kalau aku telah jatuh cinta untuk pertama dan untuk terakhir kaliny.”
“tapikan kita waktu itu masih anak-anak, kalau nggak salah waktu itu kita kelas tiga SD.”
“tapi itulah yang terjadi, aku tak bisa melepaskanmu dari hidupku.”
“masa sih do?”tanyaku tak percaya
“waktu aku mendengar pembicaraan dokter dan papa soal penyakitku, aku hampir gila waktu itu. Aku memaksa papa membawaku ke inggris untuk berobat karena aku membaca majalah tentang penyakit kanker otak bisa di cegah. Rumah sakit di Indonesia belum bisa melakukan itu, jadi aku pergi ke inggris. Dan kamu nggak tahu untuk apa aku melakukan itu semua?”tanyanya
“nggak tahu..”
“kamu benar-benar nggak tahu?”
“nggak tahu, memang buat apa?”
“kamu tuh bodoh banget yah! Aku melakukan itu semua hanya untuk tetap bisa bersama kamu.”jawabnya jengkel.
Kami menghabiska waktu dengan berbincang-bincang, aku tak percaya aldo mencintaiku dari kami masih SD. Aku bahagia sekali untuk semua ini, untuk sangat mencintai aldo dan tak mau kehilangan dia lagi. Aldo pun sudah boleh pulang kerumah tapi harus tetap menjaga kesehatannya karena sekarang dia mudah sakit. Dan aldo pun sudah menyelesaikan ujian nasional dengan baik, walaupun habis sakit aldo tetap pintar dalam segala hal.
Aku sangat bahagia sekali hari ini. Bukan karena aldo sudah sembuh tapi karena aku di terima di univertas Oxport inggris. Impianku untuk kuliah di inggris pun tercapai, aldo juga ikut pergi bersamaku. Kita kuliah di tempat yang sama dan kita melalui waktu banyak untuk bersama-sama. Walaupun sebenarnya aldo akan meninggalkanku cepat atau lambat. Tapi untuk sekarang aku sudah cukup bahagia dengan semua ini. Bila tiba waktunya aldo pergi meninggalkanku, aku tidak akan menangis lagi, karena itulah janjiku padanya waktu di bandara soekarno hatta sebelum berangkat ke inggris. Aku tinggal bersama aldo dan kedua orang tuanya, setiap hari kami berangkat kuliah bersama. Kadang-kadang setelah pulang kuliah kami melewatkan hari dengan melihat pemandangan matahari sore di London bridge. Dan melewatkan hari-hari dengan menonton pertandingan sepak bola kesukaannya yang bermarkas di old traford.
Setiap seminggu sekali aku menemani aldo untuk check up ke rumah sakit, kata dokter harapan untuk aldo sedikit sekali. Tapi aku sudah mempersiapkan diriku untuk menerima apa yang akan terjadi. Aku tak akan perna menyesali diri, karena aku tahu aldo dan aku saling mencintai. Walaupun aku akan kehilangan dirinya untuk selamanya. Kadang-kadang saat bangun aku harus memperkenalkan kembali diriku padanya, karena dia bisa melupakan aku beberapa saat. Jadi aku harus tetap ada di sisinya untuk selalu mengingatkannya tetang diriku dan terutama tentang dirinya.
Pergi untuk selamanya
Tiga tahun kemudian
Hari ini aku akan mengikuti ujian akhir, sedangkan aldo masih terbaring di rumah sakit. Dinginnya udara di bulan Desember, membuatku merasa merinding. Aku berjalan memasuki kampus dengan baju musim dinginku yang berwarna hitam dan shal yang berwarna hitam putih. Ku gosok-gosokkan kedua tanganku lalu keletakkan di kedua telingaku untuk mendapatkan sedikit kehagatan. Selama ajian berlangsung perasaanku tak menentu, seperti akan terjadi sesuatu padaku. Dengan sedikit tergesah-gesah aku menyelesaikan ujianku secepat mungkin. Setelah menyeeasaikan semua soal, aku segera keluar dari ruangan ujian dan tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Di layar depan aku bisa melihat tante melly yang memanggil. Secepat kilat aku lengsung menerima telepon itu.
“ siang tante.”sapaku dengan nada ramah
“siang juga shane, kamu bisa segera ke rumah sakit nggak?” jawab tante melly dari telepon.
“bisa tante. Kebetulan aku juga sudah selesai ujian hari ini. Memang kenapa tante?”tanyaku penasaran.
“tidak ada apa-apa.”jawabnya dengan nada mantap.
“baiklah aku akan segera kerumah sakit.”balasku. lalu telepon pun terputus, dari suara tante melly aku dapat merasakan sesuatu.
Dari depan kampus aku mengehentikan sebuah taksi. Dan taksi segera melaju dengan kecepatan tinggi melewati beberapa jalan di kota London . Dalam mobil aku bertanya-tanya dalam hati apakah yang terjadi dengan aldo? Apakah dia pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan padaku? Itu tak mungkin. Dia berjanji akan memberitahuku kalau dia akan pergi nantinya. Aku tak mau dia pergi tanpa mengatakan selamat tinggal padaku. Semua pernyataan dan pertanyaan muncul dalam kepalaku aku tak bisa mengendalikan hati dan perasaan kacau ini. Taksi sudah sampai di depan rumah sakit saint Xaverius yang ada di tengah-tengah kota London. Aku berlari menyelusuri lorong panjang rumah sakit. Setibanya di didepan pintu, aku masuk dan melihat sesosok tubuh yang berbaring di atas ranjang dengan pakaian rapi memakai jas warna hitam dan kemeja warna putih lengkap dengan dasinya yang berwarna biru dengan garis putih miring. Aku langsung terjatuh lemah diatas lantai, hatiku seperti teriris kembali dengan kenyataan pahit ini. Tante melly berusaha membantuku mengangkat badanku, tapi kakiku tak kuasa untuk berdiri. Air mataku tak menetes sedikitpun seperti yang diminta aldo waktu itu. Tapi hati dan badanku seperti tak bisa menerima semua ini. Aku terlihat seperti orang bodoh duduk diatas lantai di samping ranjang aldo berbaring. Aku hampir tak bisa mendengarkan semua yang dikatakan tente melly, tapi aku bisa melihat begitu banyak air mata yang terjatuh dari mata tente melly. Om john memengang pundak tante melly yang menangis histeris, aku ingin menangis tapi tak sedikitpun air mataku terjatuh dari kedua bola mataku. Dalam hati aku merintih kesakitan, dalam hati aku berteriak histeris tak ada bedanya dengan tante melly.
Aku berusaha bangun untuk melihat wajah aldo, dengan bantuan om john aku berhasil berdiri di samping ranjang aldo. Wajah aldo begitu damai dan ada senyum di bibirnya, dengan melihat senyumnya yang mencerminkan dirinya saat ini. Aku semakin tak bisa menahan diri untuk meneteskan air mata, aku berlari keluar dari kamar aldo menuju tempat persembunyin kami di rumah sakit ini. Aku berlari secepat yang aku bisa, aku sampai di atas atap rumah sakit . Dan aku menangis sepuas hati dan aku tak bisa mengendalikan semua memori yang bermunculan di kepalaku. Aku menangis semakin histeris dan aku menempelkan badanku pada tembok dan merosot diatas lantai yang begitu kasar. Aku melipat kakiku dan meletakkan kepalakku di atas dengkul yang gemetar, aku tak kuasa untuk melihat wajah aldo di kebumikan. Aku tak sanggup bila aku akan melemparkan tanah pada petinya. “Oh Tuhan apa yang akan kulakukan dengan hidupku sekarang ini. Aku tak bisa lagi hidup tanpa aldo di sisiku, Tuhan kenapa kau mengambil aldo dari hidupku? Kenapa bukan aku saja yang Kau ambil? Tuhan kembalikan aldo padaku. aku mohon!”
Setelah paus dengan semua tangisan dan rintihanku, aku menuruni anak tangga dengan semponyongan. Pandanganku kosong tak ada yang bisa aku lihat selain sosok aldo yang berbaring lemas di atas ranjang.
Aku menuju kamar aldo tapi aldo tidak ada lagi disana, kata suster aldo sudah di bawah ke rumah duka yang ada di rumah sakit. Aku segera kerumah duka dan disana aku melihat tubuh aldo sudah ada dalam rumah barunya. Petinya begitu indah dengan adanya aldo didalamnya, aku melihat tante melly sudah berhenti menangis. Mata om john begitu merah dan sayup tak memancarkan cahaya sedikitpun. Aku mengerti perasaan orang tua aldo, mereka hanya mempunyai anak semata wayang. Mereka adalah orang tua terbaik yang ada dalam dunia ini untuk aldo, karena mereka selalu ada untuk aldo. Tak perna sedikitpun tante melly meninggalkan aldo sendirian untuk melalui semua derita yang dialaminya. Aku memandangi wajah aldo untuk terakhir kalinya dengan seksama. Tak ada bagian tubuh yang terlewatkan dari pandangan mataku. Aku berusaha menyimpan gambar aldo dalam kamera otakku, aku tak akan melupakan semua ini untuk selamanya.
Akhirnya peti aldo pun di tutup, dan orang-orang yang bertugas untuk memaku peti aldo pun maju. Aku semakin tak kuasa menahan sakit dalam hatiku ini, tapi aku tak boleh menangis di hadapan aldo. Beberapa paku dikeluarkan dari tas seorang pria berbadan tinggi dan kekar. Mereka segera melaksanakan tugas mereka dengan begitu kompak, disamping peti aldo tante melly semakin histeris menangis seolah berlombah dengan bunyi palu yang diketuk-ketukan para petugas tersebut. Aku maju menemani tante melly, ku pengang pundaknya seolah memberinya semangat. Tante melly berpaling memelukku dengan erat, aku tak bisa berkata apa-apa untuk menenangkannya. Aku hanya bisa memeluknya dan mengusap-usap pundaknya dengan lembut.
Petugas pun segera membawa peti aldo yang sudah tertutup dengan rapih ke mobil ambulans. Aku mengikuti tante melly dan om john memasuki mobil hitam yang sudah menunggu di depan rumah sakit. Om john seperti orang lain sekarang, matanya yang merah dan sembab membuatnya seperti bukan om john. Biasanya om john selalu tegas, tak perna marah dan selalu sabar. Kadang-kadang om john ikut tertawa saat aldo dan aku sedang bermain tebak kata. Tapi yang terlihat sekarang ini adalah seorang ayah yang kehilangan anak tunggalnya. Anak yang begitu dia sayangi dan dia pertahankan, tapi Tuhan kurang berpihak padanya. Mobilpun berhenti di sebuah pemakaman yang begitu besar, disana-sini aku dapat melihat banyak patung-patung berdiri diatas makam. Aku mengikuti om john dan tante melly menyelusuri jalan setapak yang disamping kanan kiri ada makam-makan yang sudah tua. Nama-namanya begitu aneh tak begitu familier dalam kepalaku.
Akhirnya kami berhenti di depan sebuah lubang besar, dan petugas yang membawa peti aldo segera menurunkan peti itu kedalam lubang tersebut. Begitu banyak orang yang hadir dalam pemakaman, teman-teman dari kampus berdatangan satu persatu. Dan relasi om john dan tante melly begitu banyak yang datang. Setelah peti itu berada dalam posisinya. Para petugas pun segera naik keatas tanah, pastor segera membacakan doa untuk keselamatan roh aldo di surga.
“atas nama bapa putera dan roh kudus.
Marilah kita berdoa untuk saudara kita yang bernama crhristian aldo
Yang telah di panggil kembali oleh bapa di surga.
Ya bapa yang ada di surga kami mengucap syukur kepadaMu
Untuk semua yang telah kau perkenankan dalam hidup ini.
Kami berkumpul disini untuk berdoa bersama,
Atas kembalinya anakMu ke pangkuanMu.
Semoga rohnya Kau terima di sisi kananMU
Dan semua kebaikan yang telah dia lakukan di dunia ini dapat berkenan di hadapanMu.
Dan kerabat yang almarhum tinggalkan mendapatkan kebahagian senantiasa.
Dan selalu dalam lindungan roh KudusMU selalu. Amien”
Setelah membacakan doa untuk aldo, pastor segera mencelupkan sebuah daun kedalam sebuah air suci dan di percikkan ke atas peti aldo. Tante melly mengambil segenggam tanah lalu melemparkan tanah tersebut ke atas petinya aldo. Aku dan om john secara bersamaan mengambil tanah dan melemparkannya kedalam lubang besar itu. Petugas mengambil sekop untuk menutup lubang yang berisikan peti aldo untuk segera di tutup lagi dengan tanah. Tante melly tak henti-henti meneteskan air mata, semua orang yang datang menyalami tante melly dan om john serta aku mereka seolah memberikan kami semangat untuk tetap melanjutkan hidup kami kembali. Semua orang sudah pergi tinggal kami bertiga yang berada di makam aldo sekarang. Tante melly berlahan-lahan di angkat oleh om john untuk berdiri, tapi sepertinya tante melly enggan meninggalkan aldo sendirian di sana. Di tempat yang begitu gelap yang beradah di bawah timbunan tanah.
Seminggu setelah aldo pergi pengumuman kelulusan pun sudah keluar, di papan pengumuman raksasa itu aku dapat melihat namaku shane aprilia dengan peringkat tertinggi. Aku meloncat kegirangan, aku memeluk sahabat baruku yang bernama grace dengan beberapa loncatan kecil. Kami saling memberi selamat satu dengan yang lain. Setelah lulus aku berencana akan pulang ke Indonesia. Dan aku sudah membeli tiket tanggal 28 desember, tante melly tak ingin pulang ke Indonesia karena tante melly tak ingin meninggalkan aldo sendirian di inggris. Setelah tiba harinya untuk berangkat ke Indonesia aku menyempatkan diri untuk bertemu aldo, aku membawakan bunga kesukaannya. Dan mengucapkan beberapa patah kata perpisahan untuk sementara, karena aku pasti akan kembali untuk menemuinya lagi.
Dari pemakaman aku langsung bertolak ke bandara, sesampainya di bandara tante melly dan om john sudah berada disana. Kami berpelukan dan mengucapkan salam perpisahan, tante melly sempat menahanku untuk tetap tinggal di inggris. Tapi aku harus membantu Ibuku melanjutkan usaha karaoke yang sudah ibu pertahankan, ibu juga sudah mulai lanjut usia. Tibalah waktunya untuk meninggalkan negera inggris untuk beberapa saat. Tapi kengangan tentang semua yang terjadi di Negara ini tak akan perna ku lupakan. Inggris adalah Negara yang begitu indah demikian pun memori tentang aldo.
Semua masa-masa itu masih melekat dalam otakku dan tersusun dengan rapi seperti halnya file-file yang tersimpan dalam folder. Sekarang aku sudah tiba di Indonesia dan lansung naik taksi, aku dapat melihat sekeliling kota Jakarta yang semakin padat pendatangnya. Sepulang dari bandara aku langsung menuju tempat yang sering aku dan almarhum aldo kunjungi. Aldo sudah pergi menghadap pencipta dan sesuai dengan janjiku aku tak meneteskan sedikitpun airmata saat pemakamannya. Sampai sekarang aku tak bisa melupakannya sedikitpun, semuanya tentang dia ada dalam otakku.
Aku percaya aldo sudah bahagia di surga tanpa penyakit yang dia derita selama bertahun-tahun ini. Aku setiap minggu menelepon tante melly sekedar untuk menanyakan kabarnya dan om john. Aku juga selalu mengingatkan tante melly untuk mengantarkan bunga lili pada aldo. Karena dia hanya suka bunga yang berwarna putih itu. Selama aku berada di tempat ini aku merasakan kehadiran aldo di sampingku. Di hutan lindung inilah kami sering pergi bersama. Disinilah semua memori itu terekam dalam otakku, aku memejamkan mata dan ku tarik nafas dalam-dalam, sampai aku bisa merasakan oksigen masuk melalui hidungku. Dengan menengadah ke langit aku membuka mataku berlahan-lahan dan aku bisa melihat awan membentuk wajah aldo yang tersenyum ramah padaku. Aku ingin menangis, tapi aku mengingat kata-kata aldo padaku “shane kamu tidak boleh terlalu sering menangis, karena kalau kamu menangis kamu itu terlihat sangat jelek sekali.”aku pun tersenyum kembali pada awan-awan itu. Dan awan itu menghilang dengan hembusan angin.
TAMAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar